Bisri Efendy Sahabat Gus Dur Penulis Pengantar Buku 'Tuhan Tidak Perlu Dibela' |
Catatan Singkat untuk Mas Bisri Effendy
Saya masih ingat betul betapa senangnya saya ketika Presidium GUSDURian Sulawesi Suaib Prawono memberitahu bahwa Mas Bisri Effendy baru saja tiba di lokasi. Itu adalah kali pertama saya bertemu langsung dengan beliau. Tanpa pikir panjang, saya segera mendekat dan menyapanya.
Banyak sahabat di Selatan, seperti Kak Asman Azis, Saprillah Syahrir Al-Bayqunie, dan Kak Syamsurijal Ad’han, adalah generasi yang beruntung karena sempat menimba ilmu langsung dari Mas Bisri. Beliau memang kerap ke Selatan, terutama karena banyak garapan penelitian di sana.
Kesenangan saya berlipat malam itu, ketika Kak Asman mengajak kami bertandang ke rumah Mas Bisri di Depok, tak jauh dari lokasi kegiatan Akademi Kepemimpinan Gus Dur (AKG) yang kami ikuti. Saya membayangkan, sepanjang perjalanan, betapa serunya diskusi yang akan terjadi. Dan benar saja, diskusi malam itu luar biasa.
Mas Abi S. Nugroho juga hadir malam itu. Obrolan semakin menarik. Dari Mas Bisri, mengalir gagasan-gagasan kebudayaan yang kaya. Saya tertegun mendengarnya, duduk di sampingnya, memperhatikan dengan saksama setiap kata yang ia ucapkan.
“Kita perlu menggali lagi potensi kebudayaan dan mitos. Apa potensi kebudayaan dan mitos yang kita miliki, yang bisa kita jadikan sebagai instrumen gerakan,” kira-kira begitu petikan kalimat Mas Bisri yang membekas dalam ingatan saya.
Kesederhanaannya sangat terasa. Ia adalah representasi nyata dari kesederhanaan dan gagasan kebudayaan Gus Dur. Sosok panutan bagi kami—anak-anak muda NU dan Jaringan GUSDURian. Meski saya baru pertama kali bertemu, saya langsung merasa dekat.
Dan kesenangan saya memuncak ketika menerima pesan pribadi darinya:
“Mas, ini nomor saya disimpan ya. Ketika semua agenda-agenda di sini (Jawa) sudah selesai, saya berupaya ke Gorontalo,”
Pesan itu dilengkapi dengan artikel kebudayaan yang ia tulis. Saya sempat terdiam. Sulit membayangkan, sosok seperti Mas Bisri menghubungi lebih dulu. Saya merasa sangat dihargai, seperti menjadi orang yang istimewa di matanya. Rasa senang bercampur kagum itu terus membekas.
Hari ini, linimasa dan WAG Jaringan GUSDURian penuh dengan ucapan duka. Mas Bisri Effendy, peneliti senior LIPI, sahabat Gus Dur, telah berpulang.
Selamat jalan, Mas Bisri. Terima kasih atas ilmu, teladan, dan kehangatanmu. Semoga husnul khotimah. Al-Fatihah.
0 Komentar